djaffri's scramble

Sunday, June 18, 2006

Ultah Rengga

Hari ini adalah hari ulang tahun kelahiran Rengga. Selamat ultah, semoga panjang umur, selalu sehat, menjadi orang yang senantiasa berbakti kepada orang tuanya, bertaqwa kepada Allah SWT dan berguna bagi lingkungannya. Amien.

Friday, June 16, 2006

Kopi Asin

Seorang pria bertemu dengan seorang gadis di sebuah pesta.
Si gadis tampil luar biasa cantik. Banyak lelaki yang mencoba mengejar sigadis.
Si pria sebaliknya, tampil biasa saja dan tak ada yang begitu memperhatikannya.
Tapi, saat pesta usai, dia memberanikan diri mengajak si gadis untuk sekedar mencari minuman hangat. Si gadis agak terkejut, tapi karena kesopanan si pria itu, dia mengangguk.
Mereka berdua akhirnya duduk di sebuah coffee shop. Si pria sangat gugup, tangannya acap bergetar dan dia tak berkata apa pun.
Si gadis yang merasakan ketegangan itu, kian tak nyaman. Diapun berkata, "Tidakkah kita lebih baik pulang saja?" Namun, tiba-tiba pria itu berkata untuk pertama kalinya, sambil melambai tangan pada pelayan, "Bisa minta garam untuk kopi saya?" Semua orang yang mendengar, memandang dengan aneh ke arah si pria itu. Si pria, jelas, wajahnya berubah merah, tapi tetap saja dia memasukkan garam tersebut ke dalam kopinya, dan dengan tenang meminumnya.
Si gadis dengan penasaran bertanya, "Kenapa kamu bisa punya hobi seperti ini?"
Si pria menjawab, "Ketika saya kecil, saya tinggal di daerah pantai dekat laut. Saya suka bermain di laut, saya dapat merasakan air laut, asin dan sedikit menggigit, sama seperti kopi asin ini. Dan setiap kali saya minum kopi asin, saya selalu ingat masa kanak-kanak saya; ingat kampung halaman. Saya sangat rindu kampung halaman saya, saya kangen orang tua saya yang masih tinggal di sana."
Begitu kalimat terakhir usai, mata si pria mulai berkaca-kaca, dan si gadis sangat tersentuh akan perasaan tulus dari ucapan pria dihadapannya. Si gadis berpikir, bila seorang pria dapat bercerita bahwa ia rindu kampung halamannya, pasti pria itu mencintai rumahnya, peduli akan rumahnya dan mempunyai tanggung jawab terhadap rumahnya. Kemudian si gadis juga mulai berbicara, bercerita juga tentang kampung halamannya nun jauh di sana, masa kecilnya, dan keluarganya. Suasana kaku langsung berubah menjadi sebuah perbincangan yang hangat, juga menjadi sebuah awal yang indah dalam cerita mereka berdua.
Mereka akhirnya berpacaran. Si gadis akhirnya menemukan bahwa si pria itu adalah seorang lelaki yang dapat memenuhi segala permintaannya. Dia sangat perhatian, berhati baik, hangat, sangat perduli.... betul-betul seseorang yang sangat baik.
Ah, dia hampir saja kehilangan seorang lelaki seperti itu. Untung ada kopi asin.
Kemudian cerita berlanjut seperti layaknya setiap cerita cinta. Sang putri menikah dengan sang pangeran dan mereka hidup bahagia selamanya. Dan setiap sang putri membuat kopi untuk sang pangeran, ia selalu membubuhkan garam di dalamnya. Bukan gula, karena ia tahu bahwa itulah yang disukai suaminya.
Setelah 40 tahun, si pria meninggal dunia, dan meninggalkan sebuah surat.
Dengan gemetar, si istri membaca surat itu: "Sayangku yang tercinta, mohon maafkan saya, maafkan kalau seumur hidupku bersamamu adalah dusta belaka. Meski hanya sebuah kebohongan yang aku katakan padamu... tentang kopi asin. Ingat sewaktu kita pertama kali jalan bersama? Saya sangat gugup waktu itu. Sebenarnya saya ingin minta gula, tapi malah berkata garam. Sulit sekali bagi saya untuk mengubahnya karena kamu pasti akan tambah merasa tidak nyaman. Jadi saya maju terus. Saya tak pernah terpikir bahwa hal itu ternyata menjadi awal komunikasi kita! Awal keakraban dan mata cinta kita. Saya mencoba untuk berkata sejujurnya selama ini, untuk menjelaskannya padamu, tapi saya terlalu takut. Karena saya telah berjanji untuk tidak berbohong, sekali pun. Sekarang saya sekarat. Saya tidak takut apa-apa lagi, jadi saya katakan padamu yang sejujurnya. Saya tidak suka kopi asin, betul-betul aneh dan rasanya sungguh tidak enak. Tapi saya selalu dapat kopi asin seumur hidupku sejak bertemu denganmu, dan saya tidak pernah sekalipun menyesal untuk segala sesuatu yang saya lakukan untukmu. Memilikimu adalah kebahagiaan terbesar dalam seluruh hidupku. Bila saya dapat hidup untuk kedua kalinya, saya tetap ingin bertemu kamu lagi dan memilikimu seumur hidupku, meskipun saya harus meminum kopi asin itu lagi."
Air mata si istri betul-betul membuat surat itu menjadi basah. Kemudian hari, bila ada seseorang yang bertanya padanya, apa rasanya minum kopi pakai garam? Si gadis pasti menjawab, "rasanya manis," dengan senyuman, dan dua titik air mata di pipi.

[meski udah usang kayaknya masih enak kok dibaca lagi]
Dikirim oleh Yona melalui milis Djaffri pada tanggal 15 Juni 2006.

Saturday, June 10, 2006

Air Mata Mutiara

Pada suatu hari seekor anak kerang di dasar laut mengadu dan mengeluh pada ibunya sebab sebutir pasir tajam memasuki tubuhnya yang merah dan lembek.
"Anakku," kata sang ibu sambil bercucuran air mata, "Tuhan tidak memberikan pada kita, bangsa kerang, sebuah tangan pun, sehingga Ibu tak bisa menolongmu."
Si ibu terdiam sejenak, "Aku tahu bahwa itu sakit anakku. Tetapi terimalah itu sebagai takdir alam. Kuatkan hatimu. Jangan terlalu lincah lagi. Kerahkan semangatmu melawan rasa ngilu dan nyeri yang menggigit. Balutlah pasir itu dengan getah perutmu. Hanya itu yang bisa kau perbuat", kata ibunya dengan sendu dan lembut.
Anak kerang pun melakukan nasihat bundanya. Ada hasilnya, tetapi rasa sakit terkadang masih terasa. Kadang di tengah kesakitannya, ia meragukan nasihat ibunya. Dengan air mata ia bertahan, bertahun-tahun lamanya. Tetapi tanpa disadarinya sebutir mutiara mulai terbentuk dalam dagingnya. Makin lama makin halus. Rasa sakit pun makin berkurang. Dan semakin lama mutiaranya semakin besar. Rasa sakit menjadi terasa lebih wajar.
Akhirnya sesudah sekian tahun, sebutir mutiara besar, utuh mengkilap, dan berharga mahal pun terbentuk dengan sempurna. Penderitaannya berubah menjadi mutiara; air matanya berubah menjadi sangat berharga. Dirinya kini, sebagai hasil derita bertahun-tahun, lebih berharga daripada sejuta kerang lain yang cuma disantap orang sebagai kerang rebus di pinggir jalan.
**********
Cerita di atas adalah sebuah paradigma yg menjelaskan bahwa penderitaan adalah lorong transendental untuk menjadikan "kerang biasa" menjadi "kerang luar biasa". Dapat dipertegas bahwa kekecewaan dan penderitaan dapat mengubah "orang biasa" menjadi "orang luar biasa". Banyak orang yang mundur saat berada di lorong transendental tersebut, karena mereka tidak tahan dengan cobaan yang mereka alami. Ada dua pilihan yang bisa mereka masuki: menjadi `kerang biasa' yang disantap orang atau menjadi `kerang yang menghasilkan mutiara'. Sayangnya, lebih banyak orang yang mengambil pilihan pertama, sehingga tidak mengherankan bila jumlah orang yang sukses lebih sedikit dari orang yang `biasa-biasa saja'. Mungkin saat ini kita sedang mengalami tantangan, penolakan, kekecewaan, patah hati, atau terluka. Cobalah utk tetap tersenyum dan tetap berjalan di lorong tersebut, sambil katakan di dalam hatimu.."Airmataku diperhitungkan Tuhan.. dan penderitaanku ini akan mengubah diriku menjadi mutiara."
Semoga........
Taken from Milist Daarut Tauhid via Muthi.

Monday, June 05, 2006

Kumpulan Ultah Nano dan Dimas

Keluarga Djaffri kembali berkumpul pada hari Sabtu tanggal 3 Juni 2006. Kali ini dilaksanakan bersamaan dengan syukuran ultahnya Nano dan Dimas. Silaturahmi yang sekalian pengajian tersebut diadakan dirumah Nano di Kemang Pratama. Selain anggota keluarga Djaffri yang biasa hadir seperti Mas Maman, Mbak Indah, Youri, Intan, Yongki, Yona, Saori, Inggrid, Gema, Farid, Dokid, Nesy, Aryo, Dimas, Prie, Nano, Agung, Rengga, Mila, Phidoet, Iis, Chika, Ute, Ingo, Ria, Dani, Dika (ngomong2, Anie kemana, ya?), hadir juga Oom Chali dan Tante plus Avee, keluarganya Prie, serta mantan tetangga2nya Nano dari Jatiasih.
Pengajian yang direncanakan ba'da magrib, molor sedikit (biasa....), dimulai sekitar jam tujuh seperempat dan berakhir sekitar jam setengah sepuluh. Kumpul2 dan ngerumpi berakhir sekitar tengah malam. Sebagian pulang kerumah masing2 dan sebagian meneruskan kumpul di puncak, di villanya British Embassy. Kalau nggak salah (rasanya sih nggak salah) yang terus ke puncak adalah Mbak Indah, Youri, Yongki, Yona, Saori, Ingrid, Gema, Farid, juga Harry Bonjour sekeluarga. Yang pergi ke puncak pulang ke Jakarta minggu sore.