djaffri's scramble

Saturday, April 29, 2006

Mengapa Menulis?

Menulis???
Bagi beberapa orang, kata ini adalah sesuatu yang asing, bahkan menakutkan.

Apa yang harus ditulis? Bagaimana memulainya?
Tapi entah mengapa aku punya sedikit kesenangan untuk menulis.
Menulis merupakan salahsatu bagian penting perjalanan kehidupanku.

Menulis mengantarkan aku menemukan siapa aku.
Karena dalam tulisan-tulisanku, aku mengenali karakterku.
Karena dalam setiap tulisan, aku merefleksikan hal-hal yang kucerna dari sekitar.

Menulis telah membuatku berhasil melalui masa-masa sulit. Karena menulis adalah bagian dari terapi untuk tetap menjadi kuat. Menulis adalah pelarian atas banyak kekecewaan yang seringkali aku rasakan pada masa-masa yang lalu. Dalam tulisan yang terkadang menggunakan kiasan, aku lampiaskan kemarahan dan rasa frustasiku. Sehingga tidak merusak hubunganku dengan orang lain. Selembar kertas tak akan marah bila kita mencela sekalipun. Tapi seandainya itu kuluapkan dalam bentuk emosi entah apa jadinya?

Menulis juga membuatku dapat merasakan dan mensyukuri nikmat yang dianugerahkan Allah SWT. Dalam tulisan, aku curahkan rasa haru dan rasa syukurku atas nikmat yang kurasakan.

Menulis juga memberikan pelajaran berharga untuk tidak egois, karena tulisan ini mungkin akan dibaca oleh orang lain. Maka aku harus berpikir dari kacamata orang lain, apakah tulisanku bisa mengkomunikasikan apa yang kuinginkan? Apakah tidak terlalu berbelit-belit? Semuanya harus dilihat dari sisi pandang orang yang akan membacanya.

Menulis memberi pelajaran lain tentang sistematika berpikir. Sehingga dalam bahasa lisan pun, aku lebih mampu menyampaikan ide dengan lebih teratur dan terarah. Karena salah satu kelemahanku (atau menurut seorang psikolog adalah kekuatanku), adalah cara berpikir yang cepat, tetapi suka ngacak dan sering melompat. Memang saya akui, bahwa kecepatan menulisku tidak dapat mengimbangi kecepatan berfikirku.

Menulis juga memberiku kesempatan untuk merekam secara rinci, keadaan emosi, cara berpikir, ide pokok, fakta-fakta, semuanya, pada suatu masa tertentu. Hal ini sangat bermanfaat, bila suatu saat aku ingin menggali kembali latar belakang, keadaan atau suasana hati pada masa-masa yang telah lalu.

Terus terang ini juga sangat bermanfaat dalam pekerjaanku, di organisasi yang produknya adalah laporan. Laporan itu bisa berupa fakta-fakta atau kejadian-kejadian tertentu, yang perlu diketahui oleh orang-orang atau pihak-pihak yang memerlukannya.

Seringkali ketika membaca tulisan yang kubuat pada masa lalu, aku tertawa. Kadangkala aku merasa malu. Kok begitu bodohnya aku kala itu. Kok aku mikirnya kayak gitu. Tapi apa yang aku miliki sekarang ini adalah berkat masa lalu. Dari kebodohan aku belajar menjadi pintar, dari kesalahan aku belajar apa arti kebenaran.

Tapi tidak jarang pula aku merasa kagum, Ternyata ada tulisan-tulisanku yang bagus. Kok, dulu aku bisa menulis seperti itu. Kalau dulu aku bisa nulis seperti itu, sekarang harus bisa lebih bagus lagi, dong. Anehnya, sekarang mau nulis disertasi saja, rasanya susah bukan main.

Syukurlah bahwa tulisan-tulisan masa laluku ada yang menghargainya, sehingga ada teman (pengagum?) atau sahabat yang menyimpannya. Kadang-kadang aku terperangah kalau ada teman yang memperlihatkan tulisan masa laluku. Padahal aku lupa kalau pernah menulis seperti itu. Subhanallah. Padahal aku sudah tidak punya arsipnya lagi.

Tetapi banyak juga tulisanku yang hilang begitu saja. Terbawa oleh berjalannya waktu, yang berlalu bagaikan angin malam. Perlahan tetapi pasti. Itu adalah tulisan-tulisan yang kubuat pada kertas-kertas lepas, buku harian (diary punyaku sendiri ataupun punya teman), atau yang kukirim sebagai artikel atau naskah kolom di koran, majalah, buletin, situs atau blog, atau media-media lainnya, yang karena tidak kupelihara, hilang dengan sendirinya. Tapi paling sedikit, tulisan itu telah berjasa bagiku, sebagai self-theraphy.

Ya….disamping itu semua, aku hanya ingin menyalurkan dan mengungkapkan berbagai hal yang ada dalam hati, perasaan dan pikiranku.
Jadi, mengapa tidak memulai menulis lagi?

Dokid.

Ultah Nesy

27 April kita makan-makan di ChatterBox Setiabudi Bld. Yang waktu itu sempat datang adalah Mas Maman, Mbak Indah, Ingrid plus Aa, Intan, Yona, Saori, Nesy plus Dokid, Aryo, Dimas, Prie, Nano, Phidoet, Ingo, Ria, Saleh, Mieke, Rendy, Pipit.

Selamat Ulang Tahun Nesy, semoga selalu sehat, dilimpahi rizki yang penuh keberkahan, sukses dalam menggapai cita-cita, bahagia bersama keluarga dan senantiasa dalam lindungan Allah SWT. Amiin YRA.

Tuesday, April 25, 2006

Cinta dan Waktu

Aku mendapatkan cerita ini dari seorang sahabat.
Menarik juga untuk direnungkan....

Alkisah di suatu pulau kecil, tinggallah berbagai benda abstrak. Ada Cinta, Kesedihan, Kekayaan, Kegembiraan, dan sebagainya. Mereka hidup berdampingan dengan damai.
Namun suatu ketika, datang badai yang menghempas pulau kecil itu. Air laut tiba-tiba naik dan hampir menenggelamkan pulau itu.

Semua penghuni pulau berusaha menyelamatkan diri. Cinta sangat kebingungan sebab ia tidak dapat berenang dan tidak mempunyai perahu. Ia berdiri di tepi pantai mencoba mencari pertolongan. Sementara itu semakin lama air semakin tinggi membasahi kaki Cinta.
Tak lama kemudian Cinta melihat Kekayaan sedang mengayuh perahu. "Kekayaan! Kekayaan! Tolong aku!" teriak Cinta. "Aduh! Maaf, Cinta!" kata Kekayaan. "Perahuku sudah penuh dengan harta bendaku. Aku tak dapat membawamu serta, nanti perahu ini tenggelam. Lagipula tak ada tempat lagi bagimu di perahuku ini." Lalu Kekayaan cepat-cepat mengayuh perahunya pergi.

Cinta sedih sekali, namun kemudian dilihatnya Kegembiraan lewat dengan perahunya. "Kegembiraan! Tolong aku!", teriak Cinta. Namun Kegembiraan terlalu gembira karena ia menemukan perahu sehingga tidak mendengar teriakan Cinta.
Air semakin tinggi membasahi Cinta sampai ke pinggang, dan Cinta semakin panik. Tak lama lewatlah Kecantikan. "Kecantikan! Bawalah aku bersamamu!" teriak Cinta. "Wah, Cinta, kamu basah dan kotor. Aku tak bisa membawamu. Nanti kamu mengotori perahuku yang indah ini." sahut Kecantikan.

Cinta sedih sekali mendengarnya. Ia mulai menangis terisak-isak. Saat itu lewatlah Kesedihan. "Oh, Kesedihan, bawalah aku bersamamu," kata Cinta. "Maaf, Cinta. Aku sedang sedih dan aku ingin sendirian saja ...." kata Kesedihan sambil terus mengayuh perahunya.
Cinta putus asa. Ia merasakan air semakin naik dan akan menenggelamkannya. Pada saat kritis itulah tiba-tiba terdengar suara, "Cinta! Cepatlah naik ke perahuku!" Cinta menoleh ke arah suara itu dan melihat seorang tua dengan perahunya. Cepat-cepat Cinta naik ke perahu itu, tepat sebelum air menenggelamkannya.

Di pulau terdekat, orang tua itu menurunkan Cinta dan segera pergi lagi.Pada saat itu barulah Cinta sadar bahwa ia sama sekali tidak mengetahui siapa orang tua yang menyelamatkannya itu. Cinta segera menanyakannya kepada seorang penduduk tua di pulau itu, siapa sebenarnya orang tua itu."Oh, orang tua tadi? Dia adalah Waktu," kata orang itu.
"Tapi, mengapa ia menyelamatkanku? Aku tak mengenalnya. Bahkan teman-teman yang mengenalku pun enggan menolongku," tanya Cinta heran. "Sebab," kata orang itu, "hanya Waktu-lah yang tahu berapa nilai sesungguhnya dari Cinta ........"

Monday, April 24, 2006

Scramble 1

Under retrieval.

Sunday, April 23, 2006

Selamat datang

Setelah berbulan-bulan blogging, rasanya kurang lengkap kalau tidak mengajak saudara-saudaraku untuk blogging juga. Ini akan jadi media yang baik untuk berkomunikasi, mencurahkan kreativitas dan bakat menulisnya, atau bertukar cerita yang ingin dibagi dengan saudara kita yang lain atau bahkan mencurahkan isi hatinya, dan menyimpannya dalam arsip untuk suatu saat dibuka lagi.

Meskipun kita punya blog keluarga, hal itu tidak menutup kemungkinan bagi saudara-saudaraku untuk menciptakan blog sendiri. Tapi demi kebersamaan kita, kuminta dengan sangat agar membuat link antara blog pribadi yang dibangun, dengan blog keluarga ini.

Sekedar mengingatkan bahwa buletin keluarga Djaffri, Djaffrie's Scramble, terbit pertama kali pada bulan September 1996.
Wow, ternyata sudah sepuluh tahun yang lalu. Time flies......

Aku masih menyimpan softcopy maupun hardcopy dari Djaffrie's Scramble, dari edisi pertama sampai edisi terakhir. Suatu saat aku akan coba menampilkannya kembali di situs ini, agar generasi kedua dari keluarga Djaffri mengetahui betapa kreatifnya orang tua, pakde-pakde, bude-bude, oom-oom dan tante-tante mereka.
Masa yang muda-muda kalah, sih...

Wassalam.
Dokid.